1.5. DAYA PADA ARUS BOLAK-BALIK
Karena beban Z mempunyai/membentuk pergeseran sudut
terhadap V (sebagai referensi) maka arus
beban Ib yang mengalirpun membentuk sudut yang sama searah dengan
sudut dari Z sebesar φ.
a. Daya
aktip : P ( Watt )
b. Daya
reaktip : Q (
VAR )
c. Daya
semu : S ( VA
)
Hubungan dari ketiga macam daya tersebut
kita kenal sebagai “segitiga daya”.
|
|||||
Penjumlahan Vektor P dan Q
S
= P + j Q
Atau
S = Ö P ²
+ Q ²
Rumus-rumus Daya
1 Fasa 3
Fasa
S = V x I S = V x
I x √3 (VA)
P = V x I x cos j P = V x
I x √3 x cos j (Watt)
Q = V x I j X sin j Q
= V x I x √3 j X sin j (VAR)
V = Tegangan Phasa-netral (220 Volt)
I = Arus Phasa
Rumus Dasar Arus Bolak Balik 1 phasa
1.6. PERHITUNGAN RUGI –RUGI PADA JARINGAN
1.6.1. Rugi Tegangan
Merencanakan panjang jaringan
distribusi harus dipertimbangkan besarnya tegangan di titik sambung dimana
harus berada pada batas tegangan yang diizinkan.
Titik sambung sistem distribusi
20 kV biasanya dihubungkan dengan trafo distribusi sebelum disalurkan ke
peralatan pemakaian. Sedangkan tegangan pada trafo ditentukan pada pilihan
sadapannya ( tap-changer ), dimana ada beberapa pilihan dengan dibatasi tegangan
maksimal dan minimal.
Ada 2 ( dua ) seri sadapan
trafo yang diperkenankan di PLN, yaitu :
Ø 20 kV ± 2
x 2,5 % , tegangan maksimal 21 kV dan
minimal 19 kV, berarti toleransi tegangannya adalah ±5 %
Ø 20 kV ± 2 x
5 % , tegangan maksimal 22 kV dan minimal 18 kV ,
berarti toleransi tegangannya adalah : ± 10 %
Nilai jatuh tegangan pada saluran besarnya sebanding dengan arus dan impedansi penghantar serta faktor daya beban.
DV = I (r . Cos j + x Sin j) . L
atau
P
DV = ---- (r + X tg j) I ......... V atau KV
V
–
Untuk P
dalam satuan MW
–
Untuk V dalam satuan KV
Dalam satuan prosen ( % ) jatuh tegangan dihitung sebagai
berikut :
P
DV = 100 (r + X
. tg j) ----- I ......... %
V2
Dimana : I : arus yang mengalir pada
penghantar…………..... Amper
r : tahanan ( resistan ) penghantar
………………….. ohm / km
x : reaktansi penghantar…………………………….....
ohm / km
Cos j : factor daya beban
L : panjang penghantar………………………………… km
P : daya beban …………………………………………. MW
V : tegangan ……………………………………………… kV
1.6.2. Rugi Daya
Rugi daya pada saluran ( penghantar ) besarnya sebanding
dengan resistans penghantar dan arus yang melewatinya.
Dp = 3.I 2 . r . L
Dari katalog penghantar yang berisi tentang Kemampuan
Hantar Arus ( KHA ), resistans dan
reaktansinya atau konfiguarasi jarak antar penghantar, maka rugi-rugi tegangan
dan daya pada saluran dapat dihitung
Daftar KHA
penghantar yang dihitung atas dasar kondisi-kondisi berikut ;
·
Kecepatan
angin 0,6 m / detik
·
Suhu
keliling akibat sinar matahari 300C
·
Suhu penghantar maksimum 800C
·
Bila
tidak ada angin maka KHA dapat dikali dengan 0,7
Karakteristik listrik untuk kabel Kabel Tanah 20
Karakteristik listrik untuk kabel udara twisted alumunium
Penampang
Nominal
( mm ² )
|
Tahanan pada 85° C
( W / km )
|
Reaktansi pada 50 Hz
( W / km )
|
Arus yang diijinkan
( Amper )
|
||
20 ° C
|
30 ° C
|
40 ° C
|
|||
26
25
35
50
70
|
2,41
1,52
1,10
0,81
0,54
|
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
|
85
110
135
160
200
|
80
100
125
145
185
|
70
95
110
135
170
|
1.6.3. Reaktansi Penghantar
GMD
X = 0,1447 LOG
------------- OHM / KM
GMR
Dimana : GMD - geometric mean distance, besarnya
ditentukan oleh konfigurasi jarak antar penghantar
____3_________
GMDN = Ö a.n
x b.n x c.n
____3__________
GMD Ø = Ö a.b
x b.c x c.a
GMR = geometric mean radius,
besarnya ditentukan oleh banyaknya urat penghantar
A
GMR = 0,726
------
R
ü
GMD
SUTM POLA I (PENTANAHAN NETRAL 40
OHM)
GMD = 1.007,9 mm
ü
|
GMD SUTM POLA II ( PENTANAHAN NETRAL 500 OHM )
GMD =
1.007,9 mm
ü
GMD
SUTM POLA III ( PENTANAHAN LANGSUNG )
Tabel GMR untuk penghantar AAC dan AAAC
1.7. TRAFO DISTRIBUSI
1.7.1.
Prinsip
Kerja Trafo
Trafo merupakan seperangkat
peralatan / mesin listrik statis yang berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik, mentransformasikan tegangan dan arus
dari listrik bolak balik diantara kedua belitan atau lebih pada
frekwensi yang sama dan pada nilai arus dan tegangan yang berbeda.
Konstruksi utama dari trafo
terdiri dari kumparan primer, kumparan sekunder dan inti.
Kumparan primer diberi
tegangan, dan ini akan menimbulkan arus sinusiode. Arus tersebut menyebabkan
terjadi medan magnet pada inti magnet yang disebut flux yang juga berbentuk
sinusiode. Pada kumparan sekunder yang mendapat perubahan flux dari inti, yang
disebut induksi akan timbul gerak gaya listrik (ggl) yang bentuknya juga
sinusiode.
Ggl
sekunder hampir terlambat 1800 terhadap tegangan primer.
Trafo dapat digunakan untuk
menaikkan dan menurunkan tegangan. Turun atau naiknya tegangan pada sisi
sekunder tergantung pada perbandingan jumlah lilitan kumparan. Bila jumlah
lilitan kumparan pada sekunder = ns, pada primer = np, tegangan pada
kumparan primer = Up maka pada sisi sekunder timbul ggl.
Dengan rumus persamaan Us : Up. = ns : np.
Perbandingan antara ns dan np disebut dengan perbandingan
transformasi = A
“ A ” lebih
besar dari 1, berarti fungsi trafo untuk menaikkan tegangan (step up) dan
jika “ A “ lebih kecil dari1,
berarti fungsi trafo untuk menurunkan tegangan (step down). Perbandingan
transformasi teoritis dan praktis dianggap sama, tetapi sebenarnya ada
perbedaan, karena tidak semua flux primer melewati kumparan sekunder, dan itu
disebut flux bocor.
FL1
= flux bocor pada
kumparan primer.
FL2
= flux bocor pada
kumparan sekunder.
FL1
menimbulkan x1
dan FL2 menimbulkan x2, kumparan primer mempunyai
tahanan r1 dan kumparan sekunder mempunyai tahanan r2. Sehingga
rangkaiannya.
Untuk mengurangi flux bocor
tersebut, maka dibuatlah kedua kumparan pada inti yang sama.
Namun demikian adanya rugi -
rugi pada trafo tak dapat dihindari yaitu dikarenakan adanya sirkit magnetic
pada inti tidak dapat semuanya dapat
menimbulkan induksi, karena
sebagian hilang pada inti trafo itu sendiri yang disebut dengan rugi histerisis
dan sebagian lain tidak bermanfaat untuk menginduksi, tetapi berpusar-pusar
pada sebagian inti yang disebut dengan rugi eddy currnet.
dengan koefisien muai minyak
trafo kurang lebih 0,08 % / 0c. Memuai dan menyusutnya minyak tersebut
dibutuhkan ruang / cara tersendiri diantaranya antara lain :
·
Trafo
dengan menggunakan gas nitrogen (N2) kontak langsung diatas minyak trafo
·
Trafo
dilengkapi dengan konservator dan
pernapasan udara melalui silicagel
·
Trafo
dengan tangki penuh minyak dengan dilengkapi sirip yang fleksibel sehingga
dinamakan hermatic.
Untuk trafo distribusi dengan
kapasitas yang lebih besar dan pembebanan yang lebih / berat sistem pendingin
dinding tangki menggunakan kipas angin / fan yang diputar oleh motor listrik
1.7.1.
Pengubah
Sadapan ( Tap Changer )
Berfungsi sebagai sarana untuk
mengubah perbandingan transformator untuk mendapatkan tegangan operasi pada
sisi beban sesuai dengan yang diinginkan apabila tegangan disisi primer
berubah-ubah.
Ada
dua cara pemindahan sadapan trafo :
ð Pemindahan sadapan tanpa
beban (off load tap changer), dlakukan pada trafo distribusi
ð
Pemindahan
sadapan keadaaan berbeban (on load tap changer), biasanya secara manual atau
otomatis pada trafo tenaga
1.7.2.
Alat
indikator
Berfungsi untuk mengawasi /
mengamati trafo selama beroperasi. macam-macam alat indikator :
ð
Indikator
suhu minyak
ð
Indikator
suhu belitan
ð
Indikator
permukaan minyak
ð
Indikator
kedudukan tap changer.
Konstruksi
Trafo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar