. PENGOPERASIAN GARDU
DISTRIBUSI
4.1. PENGERTIAN
Adalah segala kegiatan yang
mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik
kepada konsumen secepat mungkin serta
menjamin kelangsungan penyaluran / pelayanan.
4.2. TOLOK UKUR KINERJA
PENGOPERASIAN GARDU DISTRIBUSI
Sebagai tolok ukur atas
keberhasilan pada pengoperasian dapat dilihat dari beberapa parameter, yaitu :
4.2.1. Mutu Listrik Harus Terjaga
Ada 2 ( dua ) hal yang menyatan
yang menjadi ukuran mutu listrik yaitu : tegangan dan frekwensi.
Tegangan pelayanan ditentukan oleh :
·
Batasan toleransi tegangan, pada konsumen TM adalah
± 5 % , sedangkan pada konsumen TR maksimum + 5 % dan minimum – 10 %.
·
Keseimbangan tegangan pada setiap titik sambungan
·
Kedip akibat pembebanan sekecil mungkin
·
Hilang tegangan sejenak akibat manuver secepat
mungkin
Frekuensi
·
Batas
toleransi frekuensi adalah ± 1 % dari frekuensi standar 50 Hz
Faktor yang membuat
baik-tidaknya mutu listrik tersebut dari sisi distribusi adalah faktor
pembebanan pada sistem distribusi yaitu pembebanan yang tidak stabil oleh
karena pengoperasian normal atau karena
lebih banyak akibat gangguan pada
suplai dari GI dan penyulang.
4.2.2. Keandalan Penyaluran Tenaga Listrik Tinggi
Sebagai indikator penyaluran
adalah angka lama dan atau seringnya pemadaman pada pelanggan yang disebut
dengan angka SAIDI dan SAIFI.
Angka
lama padam : SAIDI (system average
interuption duration index)
lama padam x jumlah
pelanggan padam
SAIDI = ------------------------------------------------------- = … menit
/ pelanggan . tahun
jumlah pelanggan x 1 tahun
Atau,
lama padam x daya tidak tersalurkan
SAIDI =
--------------------------------------------------- = …….menit / pelanggan . tahun
daya total x 1 tahun
Angka sering
padam : SAIFI
(system average interuption frequency index)
seringnya padam x
pelanggan padam
SAIFI =
------------------------------------------------- = ……… kali / pelanggan . tahun
jumlah pelanggan x 1 tahun
PLN berkeinginan untuk
mewujudkan perusahan dengan tingkat kelas dunia, yaitu dengan angka SAIDI 100
menit / pelanggan / tahun dan SAIFI 3
kali / pelanggan / tahun.
Beberapa faktor
yang mempengaruhi nilai SAIDI dan
SAIFI dari sisi dstribusi adalah :
a.
Konfigurasi jaringan
yang berkaitan dengan manuver
b.
Kondisi jaringan
yang rentan terhadap gangguan
dari dalam sistem maupun dari luar sistem
c.
Cara pengoperasian yang tidak memperhatikan kemampuan peralatan
maupun kemampuan pasokan daya.
Menurunkan angka SAIDI dan
SAIFI dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
·
Meningkatkan kualitas konfigurasi jaringan
·
Meningkatkan pasokan tenaga listrik alternatif
·
Meningkatkan kualitas pemeliharaan
·
Meningkatkan pengetahuan & ketrampilan petugas
·
Menyiapkan jumlah petugas dengan perbandingan
yangmemadai dengan jumlah pelanggan
·
Menggunakan material sesuai standar
·
Mengidentifikasi peralatan yang sering rusak
·
Meningkatkan kualitas teknik informasi pelanggan
·
Memutakhirkan data teknik jaringan
4.2.3. Keamanan dan Keselamatan
Terjamin
Sebagai indikator adalah jumlah
angka kecelakaan akibat listrik pada personil dan kerusakan pada instalasi /
peralatan serta lingkungan
Meningkatkan keamanan dan
keselamatan
·
Kondisi
instalasi memenuhi persyaratan
·
Sistem
proteksi berfungsi dengan baik
·
Pemeliharaan
instalasi sesuai jadual
·
Alat kerja dan peralatan keselamatan kerja memenuhi
syarat
·
Koordinasi
kerja baik
·
Sikap dan cara kerja memperhatikan aturan K3 / K2
·
Menginformasikan
kepada masyarakat tentang bahaya listrik dan menghindarinya
4.2.4. Biaya Pengoperasian Efisien
Sebagai indikator adalah angka
susut jaringan, yaitu selisih antara energi yang dikeluarkan oleh gardu /
pembangkit dengan energi yang digunakan oleh pelanggan.
Penyebab susut jaringan :
·
Pencurian
listrik
·
Kesalahan
alat ukur
·
Kesalahan
rasio CT
·
Kesalahan
ukuran penghantar
·
Jaringan
terlalu panjang
·
Faktor
daya rendah
·
Kualitas
konektor dan pemasangannya jelek
4.2.5. Mempertahankan kepuasan pelanggan
Mempertahankan kepuasan
pelanggan dapat terjadi bila kebutuhan akan listrik oleh konsumen baik kwantitas, kualitas dan kontinyuitas pelayanan terpenuhi, untuk itu hal yang perlu
dilakukan adalah :
·
Pengendalian tegangan, yaitu mengadakan
pengaturan mulai dari tingkat suplai
sampai ke titik ujung tegangan pada batas toleransi yang diijinkan.
·
Pengendalian beban, yaitu membatasi pembebanan
sesuai kemampuan sumber pasokan tenaga
listrik, maupun peralatan dan material
jaringan .
4.3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELANGSUNGAN PELAYANAN
Ada 2 ( dua ) faktor yang
mempengaruhi kelangsungan pelayanan,yaitu
dari faktor ketersediaan pasokan
energi dari pembangkit sampai gardu induk dan faktor dari sisi distribusi sendiri
sebagai akibat dari :
·
Adanya pekerjaan jaringan
·
Kecepatan mengisolasi gangguan dan manuver beban
·
Ketahanan peralatan terhadap gangguan tegangan
lebih, hubung singkat, pembebanan
4.4. PERSYARATAN OPERASI GARDU
DISTRIBUSI
§
Memeriksa kerja mekanis peralatan hubung dalam
keadaan baik
§ Menguji tahanan isolasi
peralatan hubung sesuai dengan ketentuan
§ Menguji tahanan kontak
peralatan hubung ( kubikel nilainya
maksimal 200 micro-ohm ) .
§ Menguji tahanan pentanahan,
body trafo, body kubikel, kerangka PHB-
TR, Rak Rel TM, Rak Kabel dan pintu gardu
nilainya maksimal 1,7 ohm
§ Menguji tahanan pembumian
netral TR, nilainya maksimal 5 ohm
§ Menguji tahanan isolasi trafo .
Rumus nilai tahanan isolasi
belitan pd suhu = t ˚ Celsius.
C x E
Ris pada suhu t ° C
≥ ------------------- ……………….MΩ
(
√ KVA) x ks
C
= Faktor belitan yang terendam
isolasi minyak = 0,8
E
= Tegangan Tertinggi ………. VOLT
KVA = Daya Trafo
…………… KVA.
ks = Faktor koreksi suhu belitan.
Faktor
Koreksi Suhu Belitan ( ks )
|
|
Suhu belitan
( °
C )
|
Faktor
koreksi
|
0
5
10
15
20
30
40
50
|
0,25
0,36
0,50
0,72
1,0
1,98
3,95
7,85
|
§ Memeriksa nilai arus
nominal Fuse sisi tegangan menengah dan sisi tegangan rendah sesuai dengan
ketentuan perusahaan.
Rekomendasi
pemilihan arus pengenal pelebur 24kv jenis letupan
(Publikasi
IEC 282-2 (1970) / nema) di sisi primer berikut pelebur jenis pembatas arus
Publikasi IEC 269-2 (1973) di sisi sekunder (230/400 v) yang merupakan pasangan
yang diselaraskan sebagai pengaman trafo
distribusi.
Catatan
: pemilihan nilai maksimum
pelebur sekunder perlu di koordinasikan dengan nilai maksimum pelebur primer
*) diperoleh dengan pelebur paralel.
Arus
pengenal pelebur jenis pembatasan arus menurut berbagai merek dan buatan untuk
pengaman berbagai daya pengenal trafo dapat dilihat pada tabel.
Rekomendasi
pemilihan arus pengenal anak pelebur 24 kv, jenis pembatasan arus, rujukan
plubikasi IEC 282-1(1974), VDE dan UTE (Perancis) di sisi primer 20 kV, berikut
pelebur jenis pembatasan arus rujukan IEC 269-2 (1973) di sisi sekunder (230/400
V) yang diselaraskan sebagai pengaman trafo distribusi.
Catatan : pemilihan nilai maksimum pelebur sekunder
perlu di kombinasikan dengan nilai maksium pelebur primer
*) diperoleh dengan pelebur
paralel.
4.5. PROSEDUR TEKNIS PENGOPERASIAN PERALATAN PADA GARDU DISTRIBUSI
4.5.1. Pengoperasian Gardu Distribusi Pasangan Luar
a. Persiapan Pengoperasian
·
Membaca dan memahami prinsip kerja gardu distribusi
dan sistem JTM
·
Mampu berkomunikasi dengan pengatur / posko untuk
pengoperasian instalasi Gardu Distribusi
·
Menyusun rencana kerja yang berisi langkah-langkah
pelaksanaan pekerjaan
·
Menyiapkan alat kerja, alat K3 / K2 dan alat bantu
yang diperlukan dan dalam kondisi siap pakai dan aman
·
Memeriksa hasil ukur atau mengukur indikator kondisi
peralatan instalasi gardu :
-
Tahanan isolasi trafo sesuai ketentuan
-
Nilai fuse link sesuai dengan kapasitas trafo
-
Nilai NH fuse sesuai dengan ukuran kabel dan
kapasitas trafo
-
Tahanan pembumian kerangka peralatan/ konstruksi
instalasi gardu sesuai ketentuan
·
Menghubungi pihak-pihak yang berwenang untuk
memastikan bahwa pekerjaan telah dikoordinasikan secara efektip dengan pihak-pihak
terkait
·
Memastikan bahwa surat perintah kerja dapat
dilaksanakan sesuai SOP
·
Memahami dan dapat melaksanakan prosedur dan
peraturan K3 / K2
b. Prosedur
Pengoperasikan Gardu
·
Periksa keadaan di sekitar trafo dan yakinkan trafo
aman dioperasikan
·
Laporkan kepada pihak yang yang berwenang bahwa
pengoperasian siap dilaksanakan , tunggu sampai jawaban izin pengoperasian
keluar
·
Masukkan FCO
·
Periksa urutan fasa
·
Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa penyetelan
sadapan trafo sudah benar
·
Operasikan saluran jurusan dengan cara :
-
Untuk pelanggan umum : masukkan saklar utama,
menyusul kemudian NH fuse satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung
singkat pada saluraan jurusan
-
Untuk palanggan industri : masukkan seluruh nh fuse,
menyusul kemudian saklar utama
c. Prosedur
Pemadaman Untuk Pemeliharaan
·
Kurangi beban trafo, caranya :
-
Untuk pelanggan umum dan beban kecil, maka bukalah
satu persatu nh fuse, kemudian bukalah saklar masuk
-
Untuk pelaggan industri, bukalah saklar utama,
kemudian bukalah seluruh NH fuse
·
Buka FCO
·
Hubungkan kabel pentanahan yang sudah dihubungkan ke
elektrode pentanahan dimulai dari ke empat bushing trafo sisi tegangan rendah,
lalu ketiga bushing trafo sisi tegangan menengah
·
Buka kabel / kawat yang terhubung pada terminal / bushing
sisi TR dan TM.
·
Kabel / kawat yang sudah terlepas hubungkan jadi
satu dan tersambung pada kabel pentanahan
·
Lakukan pemeliharaan gardu
d. Prosedur
Pengoperasian Kembali Sesudah Pemeliharaan
·
Pasang kembali kabel / kawat pada terminal/bushing
sisi TR maupun TM
·
Lepaskan kawat pentanahan
·
Periksa keadaan di sekitar trafo dan yakinkan trafo
aman dioperasikan
·
Laporkan kepada pihak yang yang berwenang untuk
pengoperasian kembali, sampai jawaban izin pengoperasian keluar
·
Masukkan FCO
·
Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa penyetelan
sadapan trafo sudah benar
·
Operasikan saluran jurusan dengan cara :
-
Untuk pelanggan umum : masukkan saklar utama,
menyusul kemudian NH fuse satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung
singkat pada saluraan jurusan
-
Untuk palanggan industri : masukkan seluruh nh fuse,
menyusul kemudian saklar utama
·
Melaporkan pada pengatur, kejadian yang diakibatkan
pengoperasian tersebut
·
Membuat berita acara serah terima operasi yang
berisi antara lain :
-
Kondisi peralatan
-
Posisi peralatan hubung
-
Temuan-temuan kelainan operasi
·
Membuat laporan pengoperasian
e.
Peralatan Kerja, Peralatan Ukur, Alat Pelindung Diri Yang Dibutuhkan :
·
Single line diagram
·
Tangga
·
Helm
·
Sabuk Pengaman
·
Sepatu Isolasi 20 KV
·
Sarung tangan Isolasi
·
Tongkat / stock FCO
·
Grounding Aparatus
·
Tool Kit
·
Megger 1.000 – 5.000/10.000V
·
Fuse holder / fuse puller
·
AVO meter
·
Phase squence indicator
·
Handy-talk
4.5.2. Pengoperasian
Gardu Distribusi Pasangan Dalam
a. Persiapan Pengoperasian
1. Membaca dan memahami prinsip
kerja Gardu distribusi pasangan dalam dan sistem JTM
2.
Berkomunikasi dengan pengatur / posko untuk
pengoperasian instalasi Gardu Distribusi
3.
Menyusun rencana kerja yang berisi langkah-langkah
pelaksanaan pekerjaan
4.
Menyiapkan alat kerja, alat K3 / K2 dan alat bantu
yang diperlukan dan dalam kondisi siap pakai dan aman
5.
Memeriksa hasil ukur atau mengukur indikator kondisi
peralatan instalasi gardu :
-
Tahanan isolasi trafo sesuai ketentuan
-
Nilai MV Fuse
sesuai dengan kapasitas trafo
-
Nilai NH fuse sesuai dengan ukuran kabel dan
kapasitas trafo
-
Tahanan isolasi, tahanan kontak kubikel sesuai
ketentuan
-
Tahanan pembumian kerangka peralatan/ konstruksi
instalasi gardu sesuai ketentuan
6.
Menghubungi pihak-pihak yang berwenang untuk
memastikan bahwa pekerjaan telah dikoordinasikan secara efektip dengan
pihak-pihak terkait
7.
Memastikan bahwa surat perintah kerja dapat
dilaksanakan sesuai SOP
8.
Memahami dan dapat melaksanakan prosedur dan
peraturan K3 / K2
b. Prosedur
Pengoperasian Gardu
1. Periksa keadaan disekitar gardu
dan yakinkan aman untuk dioperasikan
2.
Laporkan kepada pihak yang berwenang untuk
pengoperasian gardu dan tunggu izin
pengoperasian keluar
3.
Masukkan PMB 1, periksa adanya kelainan, lanjutkan
pengoperasian bila tidak ada kelainan
4.
Masukkan PMB 2, periksa adanya kelainan, lanjutkan
pengoperasian bila tidak ada kelainan
5.
Masukkan PMB 3, periksa adanya kelainan, lanjutkan
pengoperasian bila tidak ada kelainan
6.
Periksa urutan fasa keluaran trafo
7.
Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa penyetelan sadapan
trafo sudah benar
8.
Operasikan saluran jurusan dengan cara :
-
Untuk pelanggan umum, masukkan saklar utama menyusul
kemudian nh fuse satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat
pada saluran jurusan
-
Untuk pelanggan industri masukkan saluran nh fuse,
menyusul kemudian saklat utama
c. Prosedur Pemadaman Untuk Pemeliharaan
1.
Buka pemutus beban ( PMB ) 3
2.
Masukkan pemisah bumi (PMS ) 3
3.
Buka seluruh NH fuse
4.
Lakukan pemeliharaan
5.
Lakukan pemeliharaan gardu
d. Prosedur
Pengoperasian Kembali Sesudah Pemeliharaan
1. Periksa keadaan disekitar gardu
dan yakinkan aman untuk dioperasikan
2.
Laporkan kepada pihak yang berwenang untuk
pengoperasian kembali, sampai jawaban izin pengoperasian keluar
3.
Lepaskan PMS bumi (PMS) 3
4.
Masukkan PMB 3
5.
Ukur tegangan sisi TR, pastikan bahwa penyetelan
sadapan trafo sudah benar
6.
Operasikan saluran jurusan dengan cara :
-
Untuk pelanggan umum, masukkan saklar utama menyusul
kemudian nh fuse satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat
pada saluran jurusan
-
Untuk pelanggan industri masukkan saluran nh fuse,
menyusul kemudian saklat utama
7.
Melaporkan pada pengatur, kejadian yang diakibatkan
pengoperasian tersebut
8.
Membuat berita acara serah terima operasi yang
berisi antara lain :
-
Kondisi peralatan
-
Posisi peralatan hubung
-
Temuan-temuan kelainan operasi
-
Membuat laporan pengoperasian
e. Peralatan
Kerja Yang Dibutuhkan
1. Single line diagram
2.
Handle / tuas kubikel
3.
Tool Set
4.
Multi
meter
5.
Phase
squence indicator
6.
HT
7.
Sepatu Isolasi 20 KV
8.
Sarung tangan Isolasi
9. AVO meter
10. Fuse holder / fuse puller
4.6. OPTIMASI PEMBEBANAN TRAFO
Seperti kita ketahui fluktuasi
beban di indonesia secara umum sangat tajam perbedaan antara beban puncak dan
di luar beban puncak. Hal ini bila ditinjau dari segi efisien trafo menjadi kurang
baik terutama pada beban yang sangat rendahnya selanjutnya bila penyediaan
kapasitas trafo didasarkan pada beban (beban puncak) bila dikaitkan pada segi
ekonomi, menjadi kurang efisien. Sebab bisa jadi hanya untuk memikul beban yang
rendah dilayani oleh trafo dengan kapasitas yang besar.
Untuk pemecahan masalah diatas,
sebenarnya trafo dapat dibebani melebihi
daya pengenalnya pada suhu sekitar trafo tersebut pada nilai tertentu tetapi
harus dibatasi oleh lamanya pembebanan lebih, agar susut umur trafo sesuai
dengan yang direncanakan. Susut trafo sangat dipengaruhi oleh suhu titik panas
pada lilitan.
TABEL. Susut umur sebagai fungsi dari suhu titik panas
lilitan sc ( °C )
Trafo dengan susut umur sama
dengan 1,0 berarti trafo tersebut akan mempunyai susut umur normal, dan itu
terjadi bila suatu suhu titik panas pada lilitan mencapai 98 °C.. Suhu
tersebut tercapai untuk trafo yang bekerja pada daya pengenal dengan suhu
sekitar 20°C.. Pada umumnya suhu
sekitar di indonesia terutama di
kota-kota besar suhu sekitar rata-rata tahunan sekitar 25,5°C. dan mengingat sifat beban di indonesia,
maka dimungkinkan trafo dapat dipakai sampai batas waktu yang direncanakan
pabriknya.
Dari tabel susut umur diatas
dapat dihitung umur trafo:
Contoh 1. Trafo dibebani 10 jam pada sc = 104°C dan 14 jam pada sc = 86°C.
susut
umurnya = ( 10 x 2) + (14 x 0,25) = 23,5 jam umur selama 24 jam.
karena kurang dari 24 jam, trafo tidak
mengalami kenaikan susut umur,
sehingga umurnya tetap sama
dengan desain.
Contoh 2. Trafo dibebani 12 jam pada oc = 104°C & 12
jam pada sc = 98 0c. Susut umurnya = (12x2) + (12x1) = 36 jam umur selama 24 jam. Susut umur = 1,5 susut umur
normal, sehingga umur trafo = 2/3 x umur desain.
Contoh 3 : Trafo dibebani 4 jam pada sc = 110 °C ( pada
beban puncak) dan 20 jam pada sc = 90°C. Susut
umurnya = (4 x 4) + (20 x 0,4) = 24 jam umur selama 24 jam, berarti susut umur
normal.
Dari
contoh 3 bisa digambarkan seperti pada umumnya pembebanan trafo untuk konsumen
umum di Indonesia, dimana beban puncak terjadi pada malam hari yaitu antara jam
18.00 s.d. 22.00.
Sebagai pedoman pembebanan trafo untuk keperluan
tertentu, dan dengan beban yang melebihi daya pengenalnya, waktu lamanya
pembebanan tersebut dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
TRANSFORMATOR ONAN DAN ONAF : s A = 24 OC
Nilai – Nilai K2 Untuk Nilai-Nilai K1 Dan T Yang
Ditentukan
CATATAN : dalam tugas siklis normal nilai
k2 tidak lebih dari 1.5. Nilai-nilai k2 yang lebih besar dari 1.5, terlukis
dengan garis-putus-putus, dipakai untuk tugas darurat. Tanda + menunjukan bahwa
k2 lebih tinggi dari 2.0.
TRANSFORMATOR ONAN DAN ONAF : s A = 27 OC
NILAI – NILAI K2 UNTUK NILAI-NILAI K1 DAN T YANG
DITENTUKAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar