1.1. PENGERTIAN LISTRIK
ARUS BOLAK BALIK
Yang dimaksud dengan listrik arus bolak – balik adalah listrik ( tegangan / arus ) yang berubah-ubah arah dan nilainya terhadap waktu.
Sinusioda listrik arus bolak- balik
Waktu yang dibutuhkan oleh arus bolak-balik untuk kembali
pada harga / nilai dan arah yang sama disebut dengan periode. Sedangkan jumlah
periode dalam 1 ( satu ) detik disebut dengan frekwensi.
Dari karakteristik arus bolak-balik yang disebut dengan
sinusioda tersebut, maka terdapat nilai-nilai :
ü Tegangan
/ arus sesaat
ü Tegangan
/ arus puncak / maksimum
ü Tegangan
/ arus efektif
Tegangan
Arus
Nilai
sesaat :
e = V
sin w t i = sin w t
Nilai
maks : V = V I = I
Nilai
efektif : Vef
= V / √2 Ief = I / √2
Nilai efektif adalah nilai yang terukur pada
alat ukur (Volt meter /Amper meter)
Misalnya tegangan dirumah : 220
volt atau 380 volt.
1.2. LISTRIK ARUS BOLAK BALIK 3 FASA
Yang dimaksud dengan listrik arus bolak – balik 3
fasa adalah lisrik arus bolak – balik yang terdiri dari 3 ( tiga ) keluaran
yang disebut dengan fasa, dengan bentuk sinusiode dimana besar / nilai
tegangannya sama, frekwensi sama tetapi masing – masing berbeda 1/ 3 periode (
120 0 ).
Generator arus bolak – balik sebagai sumber listrik
arus bolak-balik 3 fasa, konstruksi letak belitan induksinya masing – masing
berbeda sudut 120 0.
1.3. TEGANGAN
DAN ARUS 3 FASA
Tegangan dan arus keluaran dari generator atau trafo
dapat dibedakan berdasakan hubungan antar belitannya
– Tegangan setiap belitan disebut dengan tegangan fasa = Ef
– Tegangan antar fasa disebut dengan tegangan line = El
– El = Ef . Ö 3
– Arus yang keluar dari belitan disebut arus fasa If dan arus yang keluar
dari terminal disebut arus line Il .
Arus line besarnya sama dengan arus fasa :
Il = If
– Tegangan line besarnya sama degan tegangan fasa
: El= Ef
– Arus line besarnya sama dengan arus fasa dikalikan Ö 3
– Il = If . Ö 3
1.4. DAYA LISTRIK 3 FASA
1.4.1. Hubungan Bintang
Daya 3 fasa = daya fasa 1 +
daya fasa 2 + daya fasa 3
P 3 Ø =
P 1 + P 2
+ P 3
= ( If.1 x Vf.1 x Cos j 1 ) + ( If2x Vf2 x Cos j2 )+( If3 x Vf3 x Cos j 3 )
= ( If.1 x Vf.1 x Cos j 1 ) + ( If2x Vf2 x Cos j2 )+( If3 x Vf3 x Cos j 3 )
Bila tegangan dan beban
seimbang, maka:
P 3 Ø = 3
x ( If
x Vf x Cos j )
Diketahui bahwa :
Vl
Vf = ------- dan If
= Il
Maka :
3 x
Vl x Il x Cos j
P 3 Ø =
------------------------- Vl
Vf = ------- dan If
= Il
Ö 3
Maka :
3 x
Vl x Il x Cos j
P 3 Ø =
-------------------------
Ö 3
Atau :
P 3 Ø = Ö 3 x Vl x Il x Cosj
Ö 3
Atau :
1.4.2. Hubungan
Segi-tiga
P 3 Ø =
P 1 + P 2
+ P 3
= (
If.1 x Vf.1 x Cos j 1 )+ ( If.2x Vf.2 x Cos j 2 )+ ( If.3 x Vf.3 x Cos j 3 )
Bila tegangan dan beban
seimbang,maka:
P 3 Ø = 3
x ( If
x Vf x Cos j )
Diketahui bahwa :
Il
If = -------
dan Vf = Vl
Ö 3
Maka :
3 x Vl x Il x Cos j
P 3 Ø =
-------------------------
Ö 3
Atau :
P 3 Ø = Ö 3 x Vl x Il x Cos j
1.4.3. Beban Pada Arus Bolak-Balik
Pada sistem arus
searah hanya mengenal beban resistive ( R ), tetapi pada sistem arus
bolak balik beban merupakan “ Impedansi” ( Z ) yang biasa dibentuk dari
unsur :
ü
Beban Resistip ( R )
ü
Beban Induktip
( Xl )
ü
Beban Kapasitip ( Xc )
A. Beban Resistip
·
Energi listrik diubah menjadi
energi panas atau mekanik
·
Daya yang diserap berupa daya
semu seluruhnya diubah menjadi daya aktip
·
Ternasuk beban
resistip murni adalah lampu pijar, setrika listrik, heater
·
Gelombang sinusioda arus
berhimpit dengan tegangan atau sudut fasanya sama dengan nol sehingga
faktor daya sama dengan satu ( j = 0° dan cos j = 1 )
B. Beban Induktip
·
Energi listrik yang diserap
diubah menjadi medan magnet
·
Daya yang diserap berupa daya
semu seluruhnya diubah menjadi daya reaktip induktip
·
Ternasuk beban
induktip murni adalah reaktor dan kumparan
·
Gelombang sinusioda arus
ketinggalan 90° terhadap tegangan , atau sudut
fasanya sama dengan 90 ° sehingga cos j = 0
C. Beban Kapasitip
·
Energi listrik yang diserap
menghasilkan energi reaktip
·
Daya yang diserap berupa daya
semu seluruhnya diubah menjadi daya reaktip kapasitip
·
Ternasuk beban
reaktip murni adalah kapasitor
·
Gelombang sinusioda arus
mendahului 90° terhadap tegangan , atau sudut
fasanya sama dengan 90 ° sehingga cos j = 0
Sifat hambatan L (XL) dengan C (XC)
saling bertentangan atau saling meniadakan.
XL = 2π.f.L,
XL
dan XC merupakan bagian imajiner dari impedansi
1.5. DAYA PADA ARUS
BOLAK-BALIK
Karena beban Z mempunyai/membentuk pergeseran sudut
terhadap V (sebagai referensi) maka arus
beban Ib yang mengalirpun membentuk sudut yang sama searah dengan
sudut dari Z sebesar φ.
Hal ini berakibat timbulnya 3 macam daya.
a. Daya
aktip : P ( Watt )
b. Daya
reaktip : Q (
VAR )
c. Daya
semu : S ( VA
)
Hubungan dari ketiga macam daya tersebut kita
kenal sebagai “segitiga daya”.
|
|||||
Penjumlahan
Vektor P dan Q
S
= P + j Q
Atau
S = Ö P ² + Q ²
Rumus-rumus Daya
1 Fasa 3
Fasa
S = V x I S = V x
I x √3 (VA)
P = V x I x cos j P = V x
I x √3 x cos j (Watt)
Q = V x I j X sin j Q
= V x I x √3 j X sin j (VAR)
V = Tegangan Phasa-netral (220 Volt)
I = Arus Phasa
Rumus Dasar Arus Bolak Balik 1 phasa
1.6. PERHITUNGAN RUGI –RUGI PADA JARINGAN
1.6.1. Rugi Tegangan
Merencanakan panjang jaringan
distribusi harus dipertimbangkan besarnya tegangan di titik sambung dimana
harus berada pada batas tegangan yang diizinkan.
Titik sambung sistem distribusi
20 kV biasanya dihubungkan dengan trafo distribusi sebelum disalurkan ke
peralatan pemakaian. Sedangkan tegangan pada trafo ditentukan pada pilihan
sadapannya ( tap-changer ), dimana ada beberapa pilihan dengan dibatasi
tegangan maksimal dan minimal.
Ada 2 ( dua ) seri sadapan
trafo yang diperkenankan di PLN, yaitu :
Ø 20 kV ± 2 x
2,5 % , tegangan maksimal 21 kV dan minimal 19 kV, berarti toleransi
tegangannya adalah ±5 %
Ø 20 kV ± 2 x 5
% , tegangan maksimal 22 kV dan
minimal 18 kV , berarti toleransi tegangannya adalah : ± 10 %
Nilai jatuh tegangan pada saluran besarnya sebanding dengan arus dan impedansi penghantar serta faktor daya beban.
DV = I (r . Cos j + x Sin j) . L
atau
P
DV
= ---- (r + X tg j) I ......... V atau KV
V
–
Untuk P dalam satuan MW
–
Untuk V dalam satuan
KV
Dalam satuan prosen ( % ) jatuh tegangan dihitung sebagai
berikut :
P
DV = 100 (r + X . tg j) ----- I
......... %
V2
Dimana : I : arus yang mengalir pada
penghantar…………..... Amper
r : tahanan ( resistan ) penghantar
………………….. ohm / km
x : reaktansi penghantar…………………………….....
ohm / km
Cos j : factor daya beban
L : panjang penghantar………………………………… km
P : daya beban …………………………………………. MW
V : tegangan ……………………………………………… kV
1.6.2. Rugi Daya
Rugi daya pada saluran ( penghantar ) besarnya sebanding
dengan resistans penghantar dan arus yang melewatinya.
Dp = 3.I 2 . r . L
Dari katalog penghantar yang berisi tentang Kemampuan
Hantar Arus ( KHA ), resistans dan
reaktansinya atau konfiguarasi jarak antar penghantar, maka rugi-rugi tegangan
dan daya pada saluran dapat dihitung
Daftar KHA
penghantar yang dihitung atas dasar kondisi-kondisi berikut ;
·
Kecepatan angin 0,6 m / detik
·
Suhu keliling akibat sinar matahari 300C
·
Suhu penghantar
maksimum 800C
·
Bila tidak ada angin maka KHA dapat dikali dengan 0,7
Karakteristik listrik untuk kabel Kabel Tanah 20
Karakteristik listrik untuk kabel udara twisted alumunium
Penampang
Nominal
( mm ² )
|
Tahanan pada 85° C
( W / km )
|
Reaktansi pada 50 Hz
( W / km )
|
Arus yang diijinkan
( Amper )
|
||
20 ° C
|
30 ° C
|
40 ° C
|
|||
26
25
35
50
70
|
2,41
1,52
1,10
0,81
0,54
|
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
|
85
110
135
160
200
|
80
100
125
145
185
|
70
95
110
135
170
|
1.6.3. Reaktansi Penghantar
GMD
X = 0,1447 LOG
------------- OHM / KM
GMR
Dimana : GMD - geometric mean distance, besarnya
ditentukan oleh konfigurasi jarak antar penghantar
____3_________
GMDN = Ö a.n
x b.n x c.n
____3__________
GMD Ø = Ö a.b
x b.c x c.a
GMR = geometric mean radius,
besarnya ditentukan oleh banyaknya urat penghantar
A
GMR =
0,726 ------
R
ü
GMD SUTM POLA I
(PENTANAHAN NETRAL 40 OHM)
GMD = 1.007,9 mm
ü
|
GMD SUTM POLA II ( PENTANAHAN NETRAL 500 OHM )
GMD = 1.007,9 mm
ü
GMD SUTM POLA III
( PENTANAHAN LANGSUNG )
Tabel GMR untuk penghantar AAC dan AAAC
1.7. TRAFO DISTRIBUSI
1.7.1.
Prinsip Kerja Trafo
Trafo merupakan seperangkat peralatan / mesin
listrik statis yang berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik,
mentransformasikan tegangan dan
arus dari listrik bolak balik diantara
kedua belitan atau lebih pada frekwensi yang sama dan pada nilai arus dan
tegangan yang berbeda.
Konstruksi utama dari trafo terdiri dari kumparan
primer, kumparan sekunder dan inti.
Kumparan primer diberi
tegangan, dan ini akan menimbulkan arus sinusiode. Arus tersebut menyebabkan
terjadi medan magnet pada inti magnet yang disebut flux yang juga berbentuk
sinusiode. Pada kumparan sekunder yang mendapat perubahan flux dari inti, yang
disebut induksi akan timbul gerak gaya listrik (ggl) yang bentuknya juga
sinusiode.
Ggl sekunder hampir
terlambat 1800 terhadap tegangan primer.
Trafo dapat digunakan untuk
menaikkan dan menurunkan tegangan. Turun atau naiknya tegangan pada sisi
sekunder tergantung pada perbandingan jumlah lilitan kumparan. Bila jumlah
lilitan kumparan pada sekunder = ns, pada primer = np, tegangan pada
kumparan primer = Up maka pada sisi sekunder timbul ggl.
Dengan rumus persamaan Us : Up. = ns : np.
Perbandingan antara
ns dan np disebut dengan perbandingan transformasi = A
“ A ”
lebih besar dari 1, berarti
fungsi trafo untuk menaikkan tegangan
(step up) dan jika “ A “ lebih kecil dari1, berarti fungsi
trafo untuk menurunkan tegangan (step down). Perbandingan transformasi teoritis
dan praktis dianggap sama, tetapi sebenarnya ada perbedaan, karena tidak semua
flux primer melewati kumparan sekunder, dan itu disebut flux bocor.
FL1 = flux bocor pada kumparan primer.
FL2 = flux bocor pada kumparan sekunder.
FL1 menimbulkan x1 dan FL2 menimbulkan x2, kumparan primer mempunyai
tahanan r1 dan kumparan sekunder mempunyai tahanan r2. Sehingga
rangkaiannya.
Untuk mengurangi flux bocor
tersebut, maka dibuatlah kedua kumparan pada inti yang sama.
Namun demikian adanya rugi -
rugi pada trafo tak dapat dihindari yaitu dikarenakan adanya sirkit magnetic
pada inti tidak dapat semuanya dapat menimbulkan induksi, karena sebagian
hilang pada inti trafo itu sendiri yang disebut dengan rugi histerisis dan
sebagian lain tidak bermanfaat untuk menginduksi, tetapi berpusar-pusar pada
sebagian inti yang disebut dengan rugi eddy currnet.
1.7.2.
Trafo Tanpa Beban
Trafo tanpa beban menyerap arus listrik untuk
kumparan primer disebut dengan Iio yang terdiri dari arus penguatan (Iex) dan arus histeristis + eddy current (I he)
Iex 90° ketinggalan dari
E1, sedangkan I he sefasa dengan E1, jumlah vektor antara Iex dan Ihe merupakan Io.
Io =
Iex + Ihe
Ihe
Cos φ° = ---------------
Io
Adanya Ihe menimbulkan rugi – rugi inti = Pc
Pc = E1. Io. Cos. j ° atau
Pc = E1. Ihe
……….disebut juga rugi – rugi besi
Besarnya rugi - rugi besi
disebabkan oleh arus fou cault dan arus hysterisis, besarnya tidak tergantung
pada beban sehingga bisa disebut dengan rugi - rugi trafo tanpa beban. Rugi -
rugi ini tidak bisa diturunkan kecuali dalam pembuatannya inti dibuat berlapis -
lapis dan dari bahan yang kurva histerisisnya kurus.
1.7.3.
Trafo Berbeban
Pada keadaan berbeban, rugi trafo selain oleh rugi –
rugi besi, kerugian juga ditimbulkan pada kumparan – kumparannya.
Bila kumparan primer dengan tahanan R1 dan arus yang
mengalir I1, kumparan sekunder dengan tahanan R2 dan arus yang mengalir I2, maka akan timbul rugi – rugi yang disebut
dengan rugi – rugi tembaga yang besarnya
adalah :
Pcu = I1². R1 + I2
². r2
Jadi trafo berbeban rugi – rugi
yang timbul.
P total = Pc + Pcu.
1.7.4.
Diagram Efisiensi Trafo
Contoh
:
Trafo dengan pcu = 0,2 %
dan pc = 0,7 %
Efisiensi trafo pada beban penuh (1/1 ) adalah pada
titik x = 99,1 %.
1.7.5.
Pengaturan Tegangan Trafo
Adalah selisih tegangan belitan tanpa beban dengan
tegangan pada keadaan berbeban pada terminal tersebut pada beban dan faktor
daya yang ditentukan pada terminal tersebut.
U2n = tegangan sekunder
nominal tanpa beban : OC
U2n = tegangan sekunder berbeban :
OA
Ur = rugi tegangan
karena tahanan r :
AB
Ux = rugi tegangan karena
reaktansi x : BC
Uz = Ur
+ Ux
U2n = U2b + Uz
Secara enpiris
dianggap OC = OF
= OA + AF
= OA + (
AD + DF )
AD + DF = rugi tegangan
= Ur. Cos j +
Ux Sin j
= I. ( r. Cos j + x sin j )
1.7.6.
Tegangan Hubung Singkat
Adalah besarnya tegangan yang harus diberikan pada
frekwensi nominal ke terminal saluran trafo, untuk mengalirkan arus nominal
melalui terminal ini, bila terminal lainnya di hubung singkat.
Sebutan lain dari tegangan hubung singkat adalah Impedansi.
Untuk mengetahui besarnya tegangan hubung singkat
dilakukan percobaan seperti pada diagram di bawah. Sisi skunder trafo dihub8ung
singkat, sedang pada sisi primernya diberi tegangan bertahap, mulai dari nol,
dinaikkan sampai Ampermeter di skunder
dan primer menunjukkan arus nominal trafo.
Volt meter akan menunjukkan nilai tegangan dan tegangan tersebut
dinamakan tegangan hubung singkat trafo, Besarnya tegangan hubung singkat dalam
volt berbeda untuk sekunder dan primer, tetapi dalam % (prosen) sama.
Fungsi dari nilai tegangan hubung singkat /
impedansi adalah bila trafo akan diparalel dengan trafo lain, maka harus dengan
trafo yang mempunyai nilai yang sama.
Fungsi lain yang lebih penting adalah untuk
menentukan nilai fuse atau relai arus
lebih sebagai pengaman trafo terhadap gangguan hubung singkat.
Misal trafo mempunyai nilai tegangan hubung-singkat
atau impedansi 4 % , maka pengaman (
fuse atau relai arus lebih ) yang dipilih harus mampu mengamankan trafo pada
arus gangguan sebesar 100 / 4 kali arus nominalnya .
1.7.7.
Vektor Group Trafo
Sering juga disebut bilangan “ jam ” yaitu
menunjukan perbedaan fasa antara ggl sekunder dan tegangan primer antara
terminal yang dengan polaritas yang sama pada sisi primer dan skunder.
Terjadinya beberapa macam vector group pada trafo disebabkan oleh cara
penyambungan antara belitan trafo. Veltor group diperlukan untuk paralel trafo
Contoh
:
Vektor
group “ Yyn 0 ”
|
Kumparan primer dihubungkan
bintang
·
Kumparan sekunder dihubungkan
bintang dengan netral dikeluarkan
·
Selisih fasa antara primer dan sekunder = 0°
Vektor
group “ Yyn 6”
·
Kumparan primer dihubungkan bintang
·
Kumparan sekunder dihubungkan
bintang dengan netral dikeluarkan
·
Selisih fasa antara primer dan sekunder
= 180°
Daftar vector group Trafo
1.7.8.
Spesifikasi Trafo Distribusi
Trafo yang penggunaannya untuk keperluan,
pendistribusian tenaga listrik dari pusat-pusat listrik ke pemakaian beban,
fungsi trafo distribusi untuk menurunkan tegangan, menjadi tegangan rendah
(step down) sesuai dengan peralatan konsumen selain keperluan tersebut
pusat-pusat listrik.
Spesifikasi trafo distribusi diatur dalam suatu
standart PLN (SPLN) dimaksudkan untuk dijadikan pedoman dalam pemilihan,
pengoperasian dan pemeliharaan trafo distribusi.
A.
Tegangan Pengenal dan Penyadapan
ð Tegangan Primer
Disesuaikan dengan tegangan nominal sistem pada
jaringan tegangan menengah 20 kv.
q Trafo satu fasa dengan tegangan primer 20 kv pada
sistem distribusi fasa tiga – tiga kawat
q Trafo tiga fasa dengan tegangan
primer 20 kv pada sistem distribusi fasa tiga – tiga kawat
q Trafo satu fasa dengan tegangan primer 20 kv / Ö3 = 11,6 kv pada sistem
distribusi fasa tiga – empat kawat
q Trafo tiga fasa dengan tegangan
primer 20 kv pada sistem distribusi fasa tiga – empat kawat
ð Tegangan sekunder
Sistem tegangan nominal pada jaringan tegangan
rendah (JTR) yang berlaku di PLN adalah 220 untuk sistem fasa tunggal, dan 220
/ 380 untuk sistem fasa tiga.
Tegangan sekunder
nominal trafo pada keadaan tanpa beban adalah
231/400 v
ð Penyadapan
Penyadapan dilakukan dengan komutator pada sisi
primernya ada tiga macam penyadapan tanpa beban, yaitu :
q Sadapan tiga langkah :
21, 20, 19 kv
q Sadapan lima langkah :
22, 21, 20, 19, 18 kv
q Sadapan lima langkah :
21, 20, 5, 20, 19, 5, 19 kv
B. Daya Pengenal
Daya pengenal untuk trafo fasa
tunggal yang banyak dipakai adalah 25 dan 50 KVA. Sedangkan daya
pengenal trafo tiga fasa tiga yang banyak dipakai adalah : 50, 100, 160,
200, 250, 315, 400, 500, 630, 800, 1000, 1250 dan 1600 KVA
C. Kelompok Vektor
□
Kelompok vektor Yzn 5 dipakai pada trafo berkapasitas sampai
dengan 250 KVA
□ Kelompok vektor Dyn 5 dipakai pada trafo berkapasitas dari 250 KVA sampai
dengan 1600 KVA. Bila tegangan
sekundernya ganda, dapat dipakai serentak
□ Kelompok vektor Yzn 5 dan Yyn 6 dipakai pada trafo
sampai dengan 250 KVA untuk jaringan distribusi, diatas 250 KVA sampai 630 KVA dipakai untuk keperluan
tertentu. Bila tegangan sekundernya ganda tidak digunakan secara serentak.
Kelompok Yzn 5 dipakai pada tegangan sekunder 231 / 400 v.
D. Tingkat Isolasi Dasar ( TID )
Adalah
kemampuan isolasi trafo terhadap gangguan tegangan impul sesaat. Untuk trafo
distribusi ditetapkan 125 kv
E. Rugi-rugi
trafo
Rugi-rugi
total yang terdiri dari rugi besi dan tembaga pada suhu 75°c, faktor daya 1,0 dan
beban 100 %, nilai maksimumnya terhadap daya pengenal ditetapkan sebagai
berikut
F.
Karakteristik / Spesifikasi Trafo
1 fasa
G. Karakteristik Trafo Distribusi 3 fasa
URAIAN
|
.
SPESIFKASl
TIPE PASANGAN LUAR DAN DALAM
|
|||||||||||||
Daya pengenal
|
kVA
|
50
|
100
|
160
|
200
|
250
|
315
|
400
|
500
|
630.
|
800
|
1000
|
1250
|
1600
|
Jumlah fasa
|
-
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
Frekuensi
Pengenal
|
Hz
|
50
|
.50
|
.50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
Tegangan Primer
Pengenal
|
kV
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20'
|
20
|
Tegangan sekunder
pengenal (beban nol)
|
kV
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
Kelumpok vektor
|
-
|
Yzn 5
|
Yzn 5
|
Yzn 5
|
Dyn 5
|
Dyn 5
|
Dyn 5
|
Dyn 5
|
Dyn 5
|
Dyn 5
|
Dyn 5
|
Dyn 5
|
Dyn 5
|
Dyn 5
|
Tegangan uji
impuls
|
kV
|
125
|
125
|
125
|
125
|
125
|
125
|
125
|
125
|
125
|
125
|
125
|
125
|
125
|
Tegangan Uji
terapan
|
kV
|
50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
5O
|
50
|
50
|
50
|
50
|
.50
|
Kalas isolasi
|
kV
|
24
|
24
|
24
|
24
|
24
|
24
|
24
|
24
|
24 .
|
24
|
24
|
24
|
24
|
Kenaikan suhu
maksimum tembaga
|
°C
|
65
|
65
|
65
|
65
|
65
|
65
|
65
|
65
|
65
|
65
|
65
|
65
|
65
|
Kenaikan suhu
maksimum minyak
|
°C
|
55')
|
55
|
55
|
55
|
55
|
55
|
55
|
55
|
55
|
55
|
55
|
55
|
55
|
Cara pendinginan
|
_
|
|||||||||||||
Penyadapan Primer
|
%
|
%5
|
%5
|
%5
|
%5
|
%5
|
%5
|
%5
|
%5
|
%5
|
%5
|
%5
|
%5
|
%5
|
lmpedans
|
%
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4,5
|
3
|
5,5
|
6
|
Rugi besi
|
watt
|
190
|
320
|
460
|
550
|
850
|
770
|
930
|
1100
|
1300
|
1950
|
2300
|
2700
|
3300
|
Rugi tembaga pada
beban pengenal
|
watt,
|
1100
|
1750
|
2360
|
2850
|
3250
|
3900
|
4600
|
5500
|
6500
|
10200
|
12100
|
15000
|
18100
|
Arus beban nol
|
%
|
2,8
|
2,5
|
2,3
|
2,2
|
2,1
|
2
|
1,9
|
1,9
|
1,8
|
2,3
|
2,4
|
2,7
|
2
|
Efisiensi pada 75
°C
|
-
|
|||||||||||||
faktor daya 1,0 beban 100%
|
-
|
97,48
|
97,97
|
98,27
|
98,32
|
98,46
|
98,64
|
98,64
|
98,70
|
98,78
|
98,50
|
98,50
|
98.60
|
98,68
|
beban 75 %
|
-
|
97,89
|
98,29
|
98,54
|
48,58
|
98.70
|
98,76
|
98.84
|
98,89
|
98,96
|
98,73
|
98,00
|
98,82
|
98,89
|
beban 50 %
|
--
|
98,17
|
98,51
|
98,71
|
98,75
|
98.84
|
98,90
|
98,97
|
99.02
|
99.08
|
90.09
|
90.95
|
98.98
|
98,03
|
beban 25 %
|
-
|
97,97
|
98,31
|
98.51
|
98,56
|
98,65
|
98,72
|
98,30
|
98,86
|
93,93
|
98,72
|
98,79
|
98,85
|
98,98
|
faktor daya 0,8 beban 100%
|
-
|
96.98
|
97,48
|
97,86
|
97.92
|
98,09
|
98.18
|
98,56
|
98,30
|
98,48
|
98,14
|
98.23
|
98,26
|
93.36
|
beban 75%
|
-
|
97,39
|
97,87
|
98,18
|
98.24
|
98,38
|
98,46
|
98,72
|
98,62
|
98,71
|
98,42
|
98,51
|
98.54
|
98,62
|
Beban 50 M
|
-
|
97,73
|
98,14
|
98,39
|
98.45
|
98.56
|
98,63
|
98,72
|
98,78
|
98,85
|
98.61
|
98,69
|
98.73
|
98.79
|
beban 25%.
|
•-
|
97,47
|
97,90
|
98.14
|
98.21
|
98,32
|
98,42
|
98,50
|
98,58
|
93,66
|
98.41
|
93.50
|
98,57
|
93.63
|
1'cneatunn paJa
beban penuh
|
||||||||||||||
Faktor Daya
0,8
|
%
|
5,77
|
3,58
|
3.43
|
3. 41
|
3,33
|
3.30
|
3.25
|
3.22
|
3.17
|
3.65
|
3.93
|
4.25
|
4.52
|
Faktor Daya 1.0
|
%
|
2,26
|
1,81
|
1,54
|
1.49
|
1,37
|
1.31
|
1.22
|
1.37
|
1.44
|
1.37
|
1.33
|
I.34
|
1.30
|
1.7.9.
Konstruksi Trafo dan Peralatan Bantunya
ð Inti Trafo.
Merupakan sirkit magnetis dibuat dari besi silikon
(grain oriented silicon steel) dengan metode penyambungan dan membentuk
rangkaian tertutup. Hal tersebut dimaksudkan untuk megurangi rugi-rugi besi,
getaran dan bising.
ð Lilitan Trafo
Dibuat dari tembaga berkonduktivitas tinggi, bentuk
lilitan adalah konsentris, dimana lilitan tegangan menengah (hv) di sebelah
luar dan untuk tegangan rendah (lv) di sebelah dalam. Untuk tegangan menengah
digunakan kawat tembaga berisolasi enamel, sedangkan untuk tegangan rendah
dipakai kawat tembaga berisolasi kertas atau plat tembaga berisolasi enamel.
ð Terminal / Bushing
Terminal sisi tegangan menengah
dibuat dari bahan porselen atau damar sintetis ( synthetic resin). Trafo
pasangan dalam (indoor) bentuk terminalnya seperti tusuk kontak, sedang pada
trafo pasangan luar (out door) bentuk terminalnya seperti bushing isolator.
Terminal sisi tegangan rendah dibuat dari bahan porselen
untuk arus sampai dengan 630 A, sedang untuk arus yang lebih besar dan 630 A
digunakan terminal batang tembaga dengan isolator damar sintetis.
ð Tangki Trafo
Dibuat dari pelat baja bersepuh lapisan seng,
berfungsi untuk tempat minyak isolasi, sehingga harus kedap terhadap uap air.
ð Sistem Pendinginan Trafo
Pada umumnya sistem pendinginan trafo distribusi adalah onan, yaitu
pendinginan lilitan trafo menggunakan minyak isolasi yang bekerja secara
alamiah, dan pendinginan kembali minyak
isolasi menggunakan udara yang bekerja secara alamiah melalui dinding
tangki dan sirip-sirip.
Trafo berbeban menyebabkan suhu lilitan
bertambah dan panas tersebut dialirkan ke tangki dan sirip-sirip trafo melalui minyak isolasi.
Kenaikan suhu minyak isolasi ini menyebabkan
pertambahan volumenya dengan koefisien muai minyak trafo kurang lebih 0,08 % /
0c. Memuai dan menyusutnya minyak tersebut dibutuhkan ruang / cara tersendiri
diantaranya antara lain :
·
Trafo dengan menggunakan gas nitrogen (N2) kontak langsung diatas minyak
trafo
·
Trafo dilengkapi dengan konservator
dan pernapasan udara melalui silicagel
·
Trafo dengan tangki penuh minyak dengan dilengkapi sirip yang fleksibel
sehingga dinamakan hermatic.
Untuk trafo distribusi dengan kapasitas yang lebih
besar dan pembebanan yang lebih / berat sistem pendingin dinding tangki
menggunakan kipas angin / fan yang diputar oleh motor listrik
1.7.10.
Pengubah Sadapan ( Tap Changer )
Berfungsi sebagai sarana untuk mengubah perbandingan
transformator untuk mendapatkan tegangan operasi pada sisi beban sesuai dengan
yang diinginkan apabila tegangan disisi primer berubah-ubah.
Ada
dua cara pemindahan sadapan trafo :
ð Pemindahan sadapan tanpa beban (off load tap changer), dlakukan pada
trafo distribusi
ð Pemindahan sadapan keadaaan berbeban (on load tap
changer), biasanya secara manual atau otomatis pada trafo tenaga
1.7.11.
Alat indikator
Berfungsi untuk mengawasi / mengamati trafo selama
beroperasi. macam-macam alat indikator :
ð Indikator suhu minyak
ð Indikator suhu belitan
ð Indikator permukaan minyak
ð Indikator kedudukan tap changer.
Konstruksi Trafo
mantull gan
BalasHapusPower supply hp